5.11.2009

Sepak Bola VS Rusuh

Dunia sepak bola di negeri kita memang sangat memprihatinkan. bagaimana tidak? selama ini kita dihadirkan oleh pertandingan-pertandingan yang tidak atraktif. kerusuhan sepertinya sudah mengakar begitu kuat dalam kancah persepak-bolaan Indonesia. Baru-baru ini kerusuhan sepak bola terjadi di Jawa Timur, pertandingan antara Persebaya Surabaya dan persibo Bojonegoro rusuh, kemudian di Sulawesi pertandingan antara Persigo Gorontalo dan Persibom Boloang Mongondow juga rusuh. Emosi pemain, emosi official dan emosi para supporter fanatik terhadap klubnya kerap kali menghadirkan suguhan dan tontonan yang kadang sama sekali tidak manusiawi. Wasit acap kali terkena batunya,dikeroyok oleh pemain bahkan juga dikeroyok oleh penonton yang masuk kelapangan hingga babak belur. Permainan keras dan keberpihakan yang dilakukan oleh wasit terhadap salah satu klub sering dijadikan alasan untuk melakukan kekerasan dan kerusuhan. Padahal wasit itu juga manusia, dan permainan sepak bola adalah permainan manusia yang tentunya pasti memiliki kekurangan dalam setiap pertandingannya. Adalah sesuatu yang wajar, apabila terjadi kesalahan yang dilakukan oleh wasit dalam setiap pertandingan. Rusuh antar supporter, perkelahian antar pemain dan wasit seolah-olah sudah menjadi hal yang biasa. Apakah masyarakat di negeri ini sudah tidak memiliki rasa kemanusiaan, rasa empati, dan simpati?.

Sangat ironis apabila kita melihat perjalanan sepak bola Indonesia, prestasi yang diharapkan tidak kunjung datang, dan yang terjadi malah aksi-aksi anarkis dalam pertandingan bola. Apa yang salah dalam sepak bola kita?. PSSI sebagai induk dari persepak bolaan tanah air seharusnya menjadi sorotan yang serius, ini terkait dengan keputusan-keputusan yang kadang kontrofersial, contohnya hukuman yang dijatuhkan terhadap klub atau pemain yang melakukan kesalahan terkadang dicabut dengan alasan berbagai pertimbangan. Bagaimana pemain akan jera, kalau hukuman yang dijatuhkan sama sekali tidak menimbulkan efek jera. Coba kita bandingkan dengan Inggris, seorang Didier Drogba, pemain Chealse terancam terkena sanksi karena mengeluarkan kata-kata yang menghina wasit. Setidaknya itu menjadi bahan referensi agar induk sepak bola di Indonesia juga melakukan hal yang sama, ketika seorang wasit menjadi incaran pemain untuk melampiaskan emosinya.

Masyarakat Indonesia menginginkan suguhan dan tontonan yang menarik dalam setiap pertandingan. Dan itu adalah hal yang mungkin bisa terwujud apabila setiap perangkat pertandingan, pemain, dan supporter bisa menjaga dan menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan oran lain. Membayangkan keindahan permainan sepak bola di Indonesia adalah harapan setiap masyarakat pecinta sepak bola dinegeri ini. Jadi tunjukan prestasi dan hindari kerusuhan adalah harga mati yang harus diwujudkan demi kemajuan sepak bola Indonesia.


[+/-] Selengkapnya...

2.28.2009

Fenomena Ponari, Potret Kemiskinan Rakyat


Rakyat indonesia saat ini memang sedang sakit, sakit mental, sakit pikiran, sakit akidah, sakit moral dan sakit beneran. Memang tidak semuanya sih, hanya sebagian besar saja dari jutaan rakyat di negeri ini. Tapi itu sudah cukup untuk mewakili statement bahwa rakyat benar-benar sedang sakit. Bagaimana tidak?, coba kita lihat fenomena ponari yang baru-baru ini begitu menggemparkan, hanya dengan sebuah batu yang konon pernah disambar petir dan dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit, ribuan orang berbondong-bondong datang ke rumah ponari untuk berobat dan berharap akan kesembuhan penyakitnya. Hal yang sunnguh jauh berada diluar nalar dan akal sehat manusia.

Fenomena dukun cilik ponari merupakan potret betapa buruknya perekonomian bangsa ini, sebuah potret yang menggambarkan kemiskinan rakyat indonesia. Kemiskinan yang akhirnya bisa membawa masyarakat berbuat dan bertindak dalam hal-hal yang berada diluar batas nalar. Apa yang dilakukan oleh ponari dengan batu ajaibnya oleh masyarakat dianggap sebagai solusi terbaik untuk mengatasi masalah penyakit yang dialami, karena rumah sakit yang ada tidak bisa memberi pelayanan yang baik terhadap masyarakat.

Biaya berobat yang mahal, memang menjadi momok bagi masyarakat kita, tidak ada uang berarti tidak ada pengobatan, hal yang akhirnya membuat masyarakat berpaling pada sesuatu yang mustahil. Dengan cuma mengeluarkan uang Rp.5000 meski harus antre berhari-hari, mereka berharap kejaiban akan datang dan nasib baik berpihak pada mereka. keberuntungan yang mungkin bisa membuat penyakitnya sembuh.

Masyarakat indonesia terutama yang ada di Jawa memang masih begitu kental dengan aroma mistik, apalagi yang tinggal di daerah pedalaman. Sehingga banyak yang menganggap hal itu wajar dan biasa-biasa saja, meski mereka juga sadar bahwa saat ini mereka telah berada di abad 21 yang berarti abad denga berbagai macam tekhnologi modern.Tapi itulah kenyatan yang terjadi, irrasional mengalahkan rasional.
Menurut saya fenomena dukun cilik pionari merupakan pelarian dari masyarakat yang sejak lama tidak kunjung mendapatkan pelayanan yang baik untuk mendapatkan pengobatan. Inilah yang seharusnya mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah agar masyarakat bisa mrndapatkan haknya sebagai warga negara.

[+/-] Selengkapnya...

2.25.2009

Trotoar Penyambung Hidup



Trotoar maerupakan bagian sisi jalan yang lebih tinggi, dimana diperuntukkan bagi para pejalan kaki. Keberadaan trotoar dikota-kota besar sangat penting untuk kenyuamanan para pejalan kaki, tetapi sayang, fungsi trotoar kini semakin tidak jelas, banyak yang menyalahgunakan fungsi trotoar demi kepentingan sebagian orang. Dikota-kota besar di Indonesia keberadaan trotoar selalu menjadi masalah utama, bagaimana tidak ?, sering kita lihat di telivisi atau membaca berita dikoran-koran, sejumlah petugas satpol pp bersitegang dengan pedagang kaki lima, beradu mulut, atau bahkan sampai terjadi bentrok fisik antara kedua belah pihak. Hal itu dikarenakan para petugas membongkar paksa lapak-lapak milik PKL yang berada disepanjang trotoar. Tindakam yang dilakukan oleh petugas tersebut memang benar, sebab trotoar bukan berfungsi sebagai tempat berjualan, keberadaan para pedagang kaki lima itu pun otomatis mengganggu pejalan kaki dan juga merusak keindahan tata kota.

Tetapi bagi para pedagang, trotoar adalah tempat menyambung hidup dari hari ke hari, trotoar adalah tempat untuk mencari nafkah buat keluarga mereka. Nah jika kita memandang dari satu sisi saja maka pasti kedua belah pihak masing-masing merasa benar sendiri. Satpol pp benar karena trotoar itu memang untuk pejalan kaki, para PKL juga tidak bisa sepenuhnya disalahkan, ingat hak asasi manusia yang paling asasi adalah hak untuk hidup, para pedagang kaki lima itu bekerja untuk kelangsungan hidup mereka.

Trotoar memang menjadi sesuatu yang menarik untuk diperbincangkan terkait kebiasaan dari sebagian masyarakat kita yang menggunakan trotoar sebagai wujud aktifitas kerja mereka. Kebiasaan yang mungkin sangat susah untuk dihilangkan karena trotoar bagi sebagian orang adalah penyambung hidup mereka. Bagi Negara berkembang seperti Indonesia mungkin hal itu wajar-wajar saja, sebab kemiskinan, pengangguran, dan kurangnya lapangan pekerjaan menyebabkan masyarakat ingin menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, ya salah satu contohnya dengan menjadi pedagang kaki lima.


Merubah kebiasaan itu sangat susah dilakukan, apalagi bila kebiasaan itu sudah mengakar begitu kuat. Penggusuran ataupun pembongkaran paksa lapak-lapak PKL bukan lah solusi yang baik dan tepat. Coba kita lihat dan cermati, meski lapak-lapak itu dibongkar, esoknya pasti muncul lagi, begitu seterusnya dan seterusnya, seolah-olah masalah ini tidak ada habis-habisnya. Mungkin masalah ini akan teratasi jika Negara kita sudah maju, perekonomian maju, dan pola pikir masyarakat yang maju pula yang artinya Negara kita memiliki masyarakat yang terdidik.


Fenomena trotoar di Indonesia seharusnya bukan hanya menjadi wacana, tetapi setidaknya ada langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi dengan tidak merugikan berbagai pihak tentunya. So, bagaimana menurut anda ?, sebagai pejalan kaki apakah anda merasa terampas haknya karena keberadaan PKL di trotoar ?, atau anda bersikap biasa-biasa saja dan menilai hal itu sebagai sesuatu yang wajar, sebab munculnya para pedagang kaki lima yang mangkal di trotoar merupakan konsekwensi logis dari lahirnya sebuah kota, dimana sebagian besar masyarakat kita beranggapan bahwa kota adalah tempat terbaik untuk mencari nafkah dan menjanjikan kehidupan yang lebih baik.


[+/-] Selengkapnya...

My Future ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO